DKP PPU Buka Tabir Istilah Cut Off Point Komposit dalam Penentuan Prioritas Pembangunan Ketahanan Pangan
Focuskaltim.com, Penajam – Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Penajam Paser Utara (PPU), Mulyono, memberikan pencerahan kepada masyarakat seputar istilah teknis dalam konteks ketahanan pangan, yakni “Cut Off Point Komposit.” Informasi ini menjadi kunci dalam menentukan prioritas pembangunan ketahanan pangan di daerah.
Cut off point komposit merujuk pada hasil penjumlahan dari masing-masing perkalian antara bobot indikator individu dengan cut off point indikator individu, yang didapatkan dari hasil standarisasi menggunakan z-score dan distance to scale dalam rentang 0 hingga 100.
Dengan kata lain, cut off point komposit adalah suatu nilai batas yang digunakan untuk menilai dan mengelompokkan tingkat kerentanan pangan suatu wilayah.
“Proses perhitungan cut off point komposit melibatkan analisis mendalam terhadap sejumlah indikator yang mencerminkan kondisi ketahanan pangan suatu daerah. Indikator-indikator ini bervariasi mulai dari produksi pangan, distribusi, hingga konsumsi masyarakat. Kemudian, hasil standarisasi ini dihitung dengan bobot tertentu untuk mendapatkan cut off point komposit,” bebernya.
Cut off point komposit kemudian dijadikan dasar untuk mengelompokkan daerah menjadi enam kategori prioritas pembangunan ketahanan pangan. Kategori ini mencakup sangat rentan (prioritas 1), rentan (prioritas 2), agak rentan (prioritas 3), agak tahan (prioritas 4), tahan (prioritas 5), dan sangat tahan pangan (prioritas 6).
“Pentingnya cut off point komposit dalam penentuan prioritas pembangunan ketahanan pangan tidak bisa diabaikan. Ini bukan hanya sekadar angka, tapi juga mencerminkan tingkat kerentanan suatu daerah terhadap kerawanan pangan. Dengan mengetahui cut off point komposit, kita bisa mengarahkan upaya pembangunan secara lebih fokus dan efektif,” tambah Mulyono.
Dalam kerangka pengelolaan ketahanan pangan, DKP PPU terus melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap cut off point komposit ini. Mulyono menegaskan bahwa keberlanjutan pembangunan ketahanan pangan memerlukan pemahaman mendalam terhadap kondisi aktual masyarakat dan lingkungan, serta respons yang adaptif terhadap dinamika yang terjadi.
“Dengan pemahaman yang baik tentang cut off point komposit, kita bisa menciptakan strategi pembangunan ketahanan pangan yang lebih terarah dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini merupakan bagian dari upaya bersama untuk mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan dan merata di seluruh wilayah,” tutup Mulyono dengan keyakinan. (*)